SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Saya hanya ingin berbagi dan berkarya.kurang dan lebihnya mohon maaf.saran dan kritik anda sangat membantu

Senin, 08 Maret 2010

Diposting oleh ahmad zaki

”Terbesit suatu ketakutan ketika saya berfikir tentang hari tua esok. Mengapa saya takut? Karena saya takut ketika saat itu tiba, saya akan hidup seorang diri.” -Andre Saat kita tua nanti, siapakah yang peduli dengan kita? Apakah anak-anak kita? Saya rasa tidak! Anak-anak kita yang nantinya akan mempunyai keluarga sendiri, pastinya akan lebih sibuk dengan kondisi daripada keluarganya sendiri. Seperti keluarga pada umumnya, Sepasang suami-istri bekerja keras membanting tulang untuk anak-anaknya, bukan untuk Orang Tua-nya! Banyak orang tua-orang tua yang mengalami kejadian seperti ini: Terkena berbagai penyakit sehingga tidak mampu beraktivitas dengan baik, hidup sendiri di dalam rumahnya dengan seorang suster yang membantu mereka, anak-anak dan cucu-cucunya sangat jarang sekali mengunjungi mereka karena sibuk bekerja, sekolah, atau kegiatan yang lain, mereka dianggap sebagai ”parasit” oleh anak-anaknya karena sering sakit sehingga butuh biaya pengobatan, butuh biaya makan-minum, biaya listrik-air-telepon bulanan, biaya hidup sehari-hari dan lain-lain, lebih parahnya anak-anaknya saling memperebutkan harta warisan orang tuanya (yang nota bene: Menginginkan kematian orang tuanya lebih cepat) atau anak-anaknya tak sanggup lagi mengurus sehingga dengan (terpaksa?) menitipkan mereka ke dalam panti jompo. Ironis bukan? Tak tahu kah kita? Apa yang terjadi di atas akan juga terjadi pada kita. Dan Harapan terakhir kita adalah pasangan kita, Suami/Istri yang mendampingi kita selama kita hidup dan berkeluarga hingga saat kita menuju ke Surga. Hanya Pasangan kitalah yang sangat peduli dengan kita. Ketika manusia berkeluarga dan memiliki anak-anak, maka suatu hal yang terpenting dari mereka adalah anak-anak mereka. Ketika anak-anak mereka berkeluarga dan memiliki anak-anak pula, maka suatu hal yang terpenting bagi mereka pun juga adalah anak-anak mereka. Begitulah seterusnya...Jadi siapakah yang patut disalahkan pada hubungan Orang tua-Anak-Cucu? ”Dan ketika hari tua itu tiba, satu hal yang masih kupercaya bahwa engkau masih setia mendampingi aku dan aku tidak sendiri....”

0 komentar:

Posting Komentar